Implementasi Pembelajaran Tematik
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas III Di SDN Bareng 5
Dewi
Rahayu
Email: dewirhyy@gmail.com
Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Kota Malang
65145
A. Rumusan
masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran tematik terhadap motivasi belajar siswa kelas
III Di SDN Bareng 5.
2.
Apa
kelebihan dari pembelajaran tematik terhadap motivasi belajar siswa siswa kelas
III Di SDN Bareng 5.
3.
Bagaiman
cara meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III Di SDN Bareng 5 melalui
pembelajaran tematik.
B. Kerangka
berfikir
1. pengertian
pembelajaran tematik terhadap motivasi belajar siswa
Kurikulum yang berlaku saat ini
adalah Kurikulum 2013. Karakteristik Kurikulum 2013 yang tercantum dalam
Permendikbud Nomor 57 tahun 2014 yaitu mengembangkan keseimbangan sikap
spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan
siswa agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan peradaban dunia
(Permendikbud Nomor 57 Tahun 2014:3). Dalam hal ini Kurikulum 2013 menerapkan
sistem pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik dan penilaian autentik.
Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran kedalam berbagai tema
(Prastowo, 2013:223). Penerapan pembelajaran tematik memberikan makna yang utuh
kepada siswa, karena siswa belajar tidak terpisah-pisah. Di samping itu
pembelajaran tematik sesuai dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar
(7-11) yang masih pada tahap operasional konkret (Piaget dalam Slavin,
2012:36).
Dapat disimpulkan bahwa dengan
pembelajaran tematik, kegiatan belajar menjadi lebih bermakna, kegiatan belajar
di kelas lebih menyenangkan siswa. Hubungan antar teman dan guru juga menjadi
lebih baik, karena kegiatan pembelajaran tidak hanya kegiatan individual, namun
juga kegiatan kelompok, baik kelompok kecil atau kelompok besar. Siswa lebih
aktif belajar, karena materi disesuaikan dengan perkembangan usia selain itu,
materi di sekolah dapat langsung diterapkan ke lingkungan tempat tinggalnya.
Hal ini akan mendorong motivasi belajar siswa ke arah yang lebih baik. Siswa
akan termotivasi mengikuti pembelajaran, dan kejenuhan siswa berkurang.
Menurut
Uno (2010: 3) motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengubah tingkah lakunya menjadi lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya. Selain itu, motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan dasar
yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar merupakan
hal yang penting bagi siswa. Motivasi dapat menyadarkan kedudukan pada awal,
proses dan hasil akhir, menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar. Dimyati
dan Mudjiono (2006:79) mengungkapkan bahwa pada proses pembelajaran bentuk
dorongan dalam perilaku belajar siswa seperti antusiasme siswa dalam mengikuti
pelajaran, mampu mengatasi gangguan dalam belajar, menggunakan kesempatan
belajar dengan baik, dan lain sebagainya. Adapun motivasi belajar menurut
(Tadjab, 1994:102) adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Jadi
motivasi belajar adalah segala penggerak atau pendorong baik yang berasal dari
dalam diri siswa maupun dari luar siswa yang dapat memberikan arah pada
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai.
Sardiman, (2005:189) mengemukakan bahawa
terdapat 2 jenis motivasi belajar yaitu motivasi instrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar.
2. kelebihan dari pembelajaran tematik terhadap motivasi
belajar siswa.
Pembelajaran
tematik memiliki kelebihan dibandingkan pembelajaran konvensional. Majid (2014:93)
mengemukakan sebagai berikut: (1) pengalaman dan kegiatan belajar siswa akan
selalu relevan dengan tingkat perkembangan siswa, (2) kegiatan yang dipilih
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (3) seluruh kegiatan belajar lebih
bermakna bagi siswa, sehingga hasil belajar akan bertahan lama, (4)
pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial siswa,
(5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis, dengan
permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan nyata siswa, dan (6) jika
pembelajaran terpadu dirancang bersama dapat meningkatkan kerja sama antar guru
bidang kajian terkait, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa/guru dengan
narasumber sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, belajar dalam situasi
nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Ada beberapa bentuk kelemahan atau keterbatasan dalam
penggunaan model pembelajaran tematik ini, terutama terletak pada
pelaksanaannya yang belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan keinginan atau
tujuan sesuai dengan adanya tujuan kurikulum saat ini. Selain itu juga
keterbasan yang lain yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih
banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi
dampak pembelajaran langsung saja
Jadi
dalam hal ini menurut Departeman Agama berdasarkan buku Panduan Penyusunan
pembelajaran Tematik Pendidikan Agama Islam SD (2009:3) tujuan dari
pembelajaran tematik sendiri adalah agar siswa mampu memusatkan perhatian pada
satu tema tertentu, karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas dan
agar siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antara aspek dalam tema sama.
3. Cara
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas melalui pembelajaran tematik.
Dimyati dan Mudjiono (2006 : 97)
mengungkapkan 6 unsur yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu sebagai berikut.
1. Cita-cita atau aspirasi siswa, cita-cita seorang anak untuk menjadi
seseorang ketika dia dewasa akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan
perilaku belajarnya. 2. Kemampuan siswa Kemampuan akan memperkuat motivasi anak
untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. 3. Kondisi siswa Kondisi siswa
yang meliputi kondisi jasmani dan rohani siswa. 4. Kondisi lingkunan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. 5. Upaya guru dalam
membelajarkan siswa.
Keller dalam Suciati, (2007:3.17)
terdapat 4 cara dalam meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran
tematik, yang pertama adalah atensi atau perhatian siswa, dalam pembelajaran
tematik, pelajaran berpusat pada siswa, sehingga diharapkan siswa lebih mampu
memusatkan perhatiannya sehingga motivasi dapat ditumbuhkan. Yang kedua adalah
relevansi, salah satu keuntungan pembelajaran tematik adalah pembelajaran
tematik menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis. Dengan permasalahan yang
sering ditemui dalam kehidupan nyata siswa. Siswa merasa lebih semangat belajar
karena materi pelajaran dihubungkan dengan lingkungan, sehingga lebih mudah
menerapkan ilmu yang diperoleh di sekolah ke lingkungan tempat tinggal siswa.
Ketiga adalah kepercayaan diri, siswa akan termotivasi belajar apabila siswa
percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran, dalam pembelajaran tematik
ada dua karakteristik yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, yaitu
kegiatan belajar siswa relevan dengan tingkat perkembangan siswa dan kegiatan
yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Keempat adalah kepuasan,
pembelajaran tematik akan membangkitkan rasa puas siswa terhadap pembelajaran.
Pada akhir pembelajaran, siswa akan mendapatkan soal evaluasi. Soal evaluasi
disesuaikan dengan materi yang sudah dipelajari. Sehingga akan timbul rasa puas
pada diri siswa akan hasil yang dicapainya.
C. Pembahasan
Pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran yang mengutamakan karakter siswa, pada
pembelajaran tematik ini untuk materi yang diajarkan tidak dipisah-pisah
melainkan dijadikan satu dalam bentuk tematik. Di SDN Bareng 5 sejak tahun 2013
hanya sebagian kelas saja yang sudah
menggunakan pembelajaran tematik, tetapi untuk sekarang semua kelas sudah
menggunakan pembelajaran tematik. Dalam pembelajaran tematik ini belum terlalu
berpengaruh terhadap motivasi siswa, karena materi yang diajarkan pembahasannya dicampur (mix) jadi satu, sehingga siswa terkadang bingung dengan
pembahasan-pembahasannya dan juga kurang mengena langsung ke materi apa yang
dibahas. Untuk siswanya sendiri sebenarnya tidak terlalu memperdulikan atau
terbebani dengan pembelajaran tematik, mereka
merasa sanang-senang saja dengan pembelajaran, tetapi dari gurunya sendiri
merasa kurang nyaman dengan pembelajarannya karena mereka merasa bahwa
pengetahuan yang didapat kurang luas, seperti materi matematika, dalam
pembelajaran tematik terlalu sempit dan sebarunya materi yang lebih
mendalam/lebih detail dari itu juga masih ada.
Disini
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa guru memberikan kegiatan yang
siswanya lebih aktif dari pada gurunya, seperti pemberian tugas yang lebih
banyak, dengan itu siswa bisa lebih aktif dikelas dan tidak hanya sekedar
mendengarkan gurunya menjelaskan. Adapun proses pembelajaran dengan menggunakan
tematik ini guru terkadang membagi kelompok-kelompok atau dengan tugas individu
untuk siswa yang kelas tinggi, tetapi untuk siswa yang kelas rendah masih tugas
individu, karena kalau dibuat kelompok pada kelas rendah mereka ramai sendiri
dan materinya sulit diterima.
Adapun
kendala dalam pembelajaran tematik ini yaitu materi yang kurang luas yang
membuat siswa sulit untuk memahami apa isi dari pembelajaran tersebut. Untuk
itu guru dalam menangani kendalaanya guru mencari sumber-sumber lain diluar
buku tematik dengan materi yang sama tetapi pembahasannya lebih luas, lebih
merinci dan mendalam untuk lebih memperjelas materi-materinya. Dan untuk kelebihan
dari tematik ini adalah siswa lebih aktif, karena disini yang lebih ditekankan
atau yang lebih berperan adalah siswanya. Untuk pemebelajaran tematik jika
dibandingkan dengan pembelajaran yang dahulu, lebih berpengaruh pembelajaran
yang dahulu karena motivasi dan pembelajarannya lebih mengena/ mudah diterima
oleh siswa.
D.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang pelajarannya di mix jadi satu dalam sebuah tema. Pada
pembelajaran tematik tidak ada pemisahan mata pelajaran dan materi pembelajaran
disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan usia siswa. Dapat diketahui juga
terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran tematik terhadap motivasi
belajar siswa yaitu siswa lebih aktif,
karena disini yang lebih ditekankan atau yang lebih berperan adalah siswanya
dan kekurangannya yaitu keterbatasan dalam
penggunaan model pembelajaran tematik. Adapun tujuan dari pembelajaran
tematik sendiri adalah agar siswa mampu memusatkan perhatian pada satu tema
tertentu, karena agar siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antara aspek dalam tema yang sama. Untuk mengembangkan
potensi melalui pengalaman langsung dalam pembelajaran. Pembelajaran dalam
sebuah tema dan pengalaman langsung yang dialami siswa akan menimbulkan
semangat dan motivasi belajar. dalam meningkatkan motivasi belajar siswa guru
dapat memberikan kegiatan yang siswanya lebih aktif dari pada gurunya, dan bisa
juga dengan memberikan semangat kepada siswa untuk kepercayaan diri, serta
membuat siswa merasa puas dengan hasil yang diperolehnya.
E. Daftar
rujukan
Abdul Majid. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Dimyati dan Mudjiono.
2006. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Dimyati dan Mudjiono.
2006. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Hamzah B. Uno. 2010. Teori motivasi dan Pengukurannya:
Analisis di Bidang
Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Permendikbud No 57
Tahun 2014. Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemendikbud.
Prastowo, Andi. 2013.
Pengembangan Bahan Ajar Tematik:
Panduan Lengkap Aplikatif.
Jogjakarta:
Diva Press.
Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT
Raja
Grafindo Persada.
Suciati. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Slavin, Robert E.
2012. Educational Psychology Theory and
Practice 10th Edition.
Boston:
Pearson Education Inc.
Tim Penyusun
Direktorat Pendidikan Agama Islam. 2009. Panduan
Penyusunan
Pembelajaran
Tematik Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Dasar (SD). Jakarta: Depag RI.
Tadjab, MA. 1994. Ilmu Pendidikan. Surabaya: Karya
Abditama
0 komentar:
Posting Komentar