PENDEKATAN SOSIO
EMOSIONAL
MAKALAH
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Kelas
yang
dibina oleh Bapak Ahmad Nurabadi, S.Pd, M.Pd.
Disusun
Oleh:
Dewi
Rahayu (170131601017)
Nadya
Nanda Sukawati (170131601013)
Salsabilla Taftania (170131601005)
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Agustus, 2018
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa kaeena berkat
rahmat nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pendekatan Sosio Emosional” tepat pada
waktunya.
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi–tinggi nyakepada:
1.
Bpk. Ahmad Nurabadi, S.Pd, M.Pd. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Manajemen Kelas, yang telah banyak memberikan
pengetahuan.
2.
Orang tua yang telah memberikan motivasi dan dorongan
serta bantuan baik secara moral maupun spiritual.
3.
Teman – teman yang telah berbagi pengetahuan agar
makalah dapat terselesaikan.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca
pada umum nya. Sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulis
makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Malang, 28 Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................
i
DAFTAR
ISI......................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang...............................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah........................................................................................
................. 2
1.3 Tujuan .........................................................................................................
................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan
Sosio-Emosional..........................................................................................
3
2.2Pendekatan
Iklim Sosio-Emosional Secara Umum..........................................................
4
2.3Pendekatan
Iklim Sosio-Emosional Menurut Para Ahli...................................................
4
2.4Kelebihan
dan Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional.....................................
11
BAB III PENUTUP Kesimpulan.........................................................................................................................
12
DAFTAR
RUJUKAN.......................................................................................................
13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelas merupakan sebuah ruangan ataupun tempat yang digunakan untuk
belajar sekelompok peserta didik dengan berbagai karakter, latar belakang,
kepribadian, tingkah laku dan emosi yang berbeda-beda. Menurut Arikunto
(1988:17) “kelas adalah sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama.” sejalan dengan pernyataan
tersebut, Hamalik (1987:311)
mengemukakan pengertian umun mengenai kelas,
“kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar
bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.” Karena terdapat sekelompok siswa
(peserta didik) yang memiliki karakter maupun emosi yang berbeda-beda itulah
maka diperlukan pengelolaan kelas yang baik.
Dalam hal ini seorang guru, harus mampu mengelola kelas dengan baik.
Karena, jalannya suatu belajar dan pembelajaran yang berlangsung didalam kelas
diatur oleh guru. Kelas yang baik merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan proses pembelajaran. Peran seorang guru bukan hanya mengajar namun
juga harus terampil dan mampu menjadi pengelola kelas yang baik sehingga dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Suharsimi Arikunto (1986: 143)
menjelaskan bahwa “Pengelolaan Kelas adalah suatu usaha yang dilakukan Guru
atau penanggungjawab kelas dalam melancarkan proses belajar mengajar agar
tercapai pembelajaran yang efektif sesuati dengan yang diharapkan”.
Oleh karena itu, guru dalam mengelola kelas dianggap sebagai manajer
kelas. Guru harus mengetahui, memahami, dan mengerti serta terampil dalam
mengaplikasikan berbagai macam pendekatan-pendekatan dalam manajemen kelas.
Guru harus dapat memilih dan mengaplikasikan pendekatan mana yang tepat untuk
digunakan dalam proses pembelajaran yang berlangsung, dan guru harus terampil
memadukan bermacam-macam pendekatan guna menangani masalah dalam kelas dan
untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
|
|
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Sosio
Emosional?
2. Apa yang dimaksud Pendekatan Iklim
Sosio-Emosional Secara Umum
3. Apa yang dimaksud Pendekatan Iklim
Sosio-Emosional menurut para ahli?
4. Apa Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Iklim
Sosio-Emosional?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pendekatan Sosio Emosional
2. Untuk mengetahui Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
secara umum
3. Untuk mengetahui Pendekatan Iklim
Sosi-Emosional menrut para ahli
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari
Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Sosio Emosional
Dalam
pendekatan ini manajemen kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau
suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas baik antara guru
dengan siswa maupun antar siswa dengan siswa. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif
menunjukkan bahwa ada hubungan timbal balik yang baik dan positif antara guru
dengan siswa atau antar siswa. Tugas guru berdasarkan pendekatan ini adalah
menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila
hubungan antarpribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut
meliputi hubungan antar guru dan siswa serta hubungan antarsiswa. Dalam hal
ini, guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu,
seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan
hubungan antarpribadi di kelas, demi terciptanya hubungan guru dengan siswa
yang positif, sikap mengerti dan sikap mengayomi atau sikap melindungi.
Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan
iklim atau suasana sosio-emosional yang positif dalam kelas. Pendekatan ini
berasumsi bahwa belajar dapat dimaksimalkan apabila berlangsung dalam suasana
yang positif berupa pemantapan hubungan sehat antarpribadi di dalam kelas, baik
hubungan antara guru dan siswa maupun sesama siswa.
Pendekatan ini juga dapat diandalkan karena dapata meningkatkan
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya rasa kebersamaan dan
kepercayaan antara guru dan siswa, siswa tersebut akan bersemangat dalam
belajarnya. Namun, bila guru tidak pintar dalam menjaga kebersamaan dengan
siswa, bisa jadi guru yang dimanfaatkan oleh siswa
2.2
Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Secara Umum
|
Pendekatan
Iklim Sosio-Emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologi penyuluhan
(konseling) dan klinis sehingga menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Guru adalah penentu utama dari
hubungan interpersonal dan iklim (suasana) kelas. Dengan demikian, tugas yang
amat pokok bagi guru ialah membangun hubungan interpersonal dan mengembangkan
iklim sosio-emosional yang positif.
Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal
apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara
guru dan murid serta hubungan antar murid. Dalam hal ini guru merupakan kunci
pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya guru mengembangkan
iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas
untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan
sikap mengayomi atau sikap melindungi.
2.3 Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Menurut Para
Ahli
Dalam
pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas terdapat beberapa
pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu :
a.
Menurut
Carl A. Rogers
Ide yang menyangkut
ciri-ciri pendekatan iklim sosio-emosional ini dapat dijumpai dalam
tulisan-tulisan Carl Rogers. Pokok pikiran Rogers menyatakan bahwa faktor yang
amat berpengaruh terhadap peristiwa belajar adalah mutu sikap yang ada dalam hubungan
interpersonal antara guru (sebagai fasilitator) dan siswa (sebagai pelajar).
Menurut Rogers, beberapa sikap yang perlu dimiliki guru untuk membantu siswa
belajar adalah
-
Sikap
kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak berpura-pura; guru perlu
mengenal dirinya dengan baik dan menampilkan dirinya sendiri sebagai mana
adanya. Guru hendaknya menyadari perasaan – perasaannya sendiri, menerima
perasaan itu dan jika perlu mengkomunikasikan perasaan itu. Tindakan guru harus
sesuai dengan perasaan itu dan tidak pernah berpura – pura. Pengembangan
hubungan interpersonal dan iklim sosio – emosional yang positif amat
dipengaruhi oleh kemampuan guru menampilkan dirinya sebagaimana adanya. Menurut
Rogers, penampilan
diri sebagaimana adanya merupakan sikap yang
paling penting yang mempengaruhi proses belajar.
|
-
Sikap
menerima, menghargai, mau membantu, dan percaya; penerimaan guru merupakan
sikap kedua yang juga amat penting dalam membantu siswa belajar. Penerimaan
guru mengisyaratkan bahwa guru memandang siswa sebagai individu yang berharga.
Hal ini juga menandakan adanya kepercayaan guru kepada siswa. Jika tingkah laku
siswa diterima guru, maka siswa itu akan merasa bahwa ia dipercaya dan
dihormati. Dengan demikian, guru yang menghormati dan mempercayai siswa akan
mempunyai kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim sosio emosional yang
dapat membantu kesuksesan belajar siswa.
-
Sikap
mau mengerti dengan penuh empati; pengertian dengan penuh empati merupakan
kemampuan guru untuk memahami keadaan siswa sesuai dengan pandangan siswa itu
sendiri. Kemampuan ini menunjukkan kepekaan guru terhadap perasaan – perasaan
siswa dan kepekaan guru untuk tidak memberikan penilaian terhadap keadaan
siswa. Pengertian mendalam yang tanpa disertai penilaian ini perlu dilengkapi
empati dari guru terhadap siswa. Jika hal ini terjadi, maka siswa akan merasa
bahwa guru mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh siswa. Dengan
demikian, hubungan interpersonal dan iklim sosio – emosional yang positif akan
berkembang, dan selanjutnya pengaruh besar terhadap kegitan belajar siswa.
b.
Menurut
Haim C. Ginnot
Dalam pengembangan iklim sosio-emosional yang
positif Ginot menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh guru.
Yang amat perlu diperhatikan adalah komunikasi itu ialah bahwa guru hendaklah
membicarakan keadaan yang dijumpai pada waktu itu dan tidak membicarakan
pribadi ataupun sifat-sifat siswa. Jika guru dihadapkan pada perilaku siswa yang
tidak menyenangkan, guru disarankan agar menjelaskan apa yang dilihatnya, apa
yang dirasakan, dan apa yang sebaliknya dilakukan. Sebagai tambahan, Ginot
mengemukakan sebuah daftar saran tentang cara-cara yang hendaknya dilakukan
oleh guru dalam berkomunikasi secara efektif, yaitu sebagai berikut:
-
Alternatif
pembicaraan pada keadaan siswa. Janganlah menilai sifat atau pribadi siswa,
sebab hal ini dapat merendahkan martabat siswa.
-
Jelaskanlah keadaan sebagaimana adanya,
nyatakanlah perasaan tentang keadaan itu, dan jelaskan harapan anda berkenaan
dengan keadaan itu.
|
-
Kemukakanlah
perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari anda untuk membangkitkan
pemahaman para siswa tentang keadaan yang mereka hadapi.
-
Hilangkanlah
kekerasan dengan himbauan kerjasama dan penyajian kesempatan bagi para siswa
untuk bertindak secara bebas.
-
Kurangilah
keengganan/penolakan siswa dengan jalan tidak memerintah atau menuntut mereka
melakukan sesuatu yang dapat membangkitkan sikap mempertahankan diri.
-
Kenalilah,
terimalah dan hormatilah ide-ide serta perasaan-perasaan siswa yang dapat
membangkitkan kesadaran akan harga diri mereka.
-
Hindarkanlah
usaha diagnosis dan pragnosis yang menghasilkan pemberian ciri – ciri tertentu
pada siswa yang seringkali tidak tepat .
-
Jelaskan
prosesnya, bukan menilai hasil-hasilnya atau orangnya. Berikanlah bimbingan
bukan kritik.
-
Hindarilah
pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar yang dapat menimbulkan kemarahan
atau sikap bertahan.
-
Hindarilah
penggunaan kata-kata kasar, sebab hal itu dapat menghilangkan harga diri siswa.
-
Tahanlah
keinginan untuk memberi pemecahan masalah yang segera terhadap masalah yang
dihadapi siswa: pakailah waktu yang tersedia untuk membimbing siswa sehingga
mereka mampu mengatasi sendiri masalah itu.
-
Berusahalah
untuk berbicara singkat saja misalnya hindari pemberian ceramah yang panjang –
lebar dan bertele – tele karena hal itu tidak akan memotivasi siwa.
-
Perhatikan
dan amatilah pengaruh kata-kata tertentu terhadap siswa.
-
Pakailah
pujian-pujian yang bersifat menghargai siswa, karena hal itu bersifat produktif
misalnya hindarilah pemakaian pujian – pujian atas pertimbangan – pertimbangan
yang tidak wajar, karena hal itu bersifat destruktif.
-
Dengarkanlah
apa yanng dikatakan para siswa dan doronglah mereka untuk menyatakan ide – ide
dan perasaan – perasaan mereka.
c.
Menurut
William Glasser
|
-
Secara
pribadi melibatkan diri dengan siswa, menerima siswa tetapi bukan kepada
perilakunya yang menyimpang, menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahakan
masalah.
-
Memberikan
uraian kepada tentang perilaku siswa, mengenai masalah tetapi tidak menilai
atau menghakimi siswa.
-
Membantu
siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah
itu. Pusatkan kepada apa dilakukan oleh siswa yang menimbulakan masalah dan apa
yang menyebabkan kegagalan.
-
Membantu
siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan alternatif;
bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan penilaiannya atas
alternative-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan tanggung jawab
sendiri.
-
Membimbing
siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.
-
Mendorong
siswa sewaktu melakukan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan rencana
tersebut, yakinkan siswa bahwa guru mengetahi kemajuan kemajuan yang dibuatnya.
-
Tidak
menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya,
bantulah ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggungajawab atas
perilakunya, ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lebih baik, menerima
pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa.
-
Memberikan
kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang
tetapi jangan menghukumnya, bantulah
siswa mencoba lagi menyusun rencana yang
lebih baik mengikatkan diri dengan rencana tersebut.
|
Glasser memandang bahwa proses diatas adalah
efektif bagi guru yang hendak membantu siswa yang bertingkah laku menyimpang
memperbaiki tingkah lakunya, sehingga menjadi positif. Sebagai tambahan Glasser
mengajukan suatu proses untuk membantu seluruh kelas menangani masalah tingkah
laku individual dan kelompok yaitu pertemua kelas untuk memecahkan masalah
social.
Berbagai masalah tingkah laku dapat
diatasi melalui penggunaan seluruh kelas sebagai kelompok yang
bersama-sama memecahkan masalah dibawah bimbingan guru. Tanpa bimbingan guru,
siswa akan cenderung menghindari masalah-masalah itu. Glasser mengemukakan tiga
pedoman untuk mengembangkan pertemuan kelas guna memecahkan masalah sosial,
yakni:
1.
Masalah
apapun yang menyangkut individu atau kelompok dapat didiskusikan, masalah yang
perlu dibahas itu dapat dikemukakan baik oleh guru maupun siswa.
2.
Diskusi
hendaklah diarahkan pada pemecahan masalah itu; suasana diskusi hendaknya bebas
dari saling menuduh dan saling menghukum, pemecahan yang dicapai hendaknya
tidak mencakup penerapan hukuman atau pencarian siapa bersalah.
3.
Pertemuan
diselenggarakan dalam suasana guru dan siswa duduk dalam satu lingkaran,
pertemuan tidak hanya dilakukan sekali, tetapi sering; waktu setiap pertemuan
antara 30 – 40 menit, tergantung pada umur siswa.
d.
Menurut
Rudolf Dreikurs
Ada dua hal yang amat penting yang
dikemukakan oleh Rudolf Dreikurs, yaitu
1.
Penekanan
akan pentingnya suasana kelas yang demokratis, dimana guru dan siswa bersama –
sama mewujudkan rasa tanggung jawab demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan
kelas.
2.
Perlunya
diperlihatkan pengaruh akibat – akibat tertentu (dari suatu tindakan atau
kejadian) atas tingkah laku siswa.
Anggapan dasar yang dominan berkenaan dengan
pendapat Dreikurs ini adalah bahwa tingkah laku dan keberhasilan siswa
tergantung pada suasana demokratis yang ada di dalam kelas. Kelas yang
otokratis adalah kelas dimana
guru mempergunakan
kekerasan, penekanan, persaingan, hukuman dan ancaman untuk mengontrol tingkah
laku siswa. Sedangkan kelas yang bersuasana masa bodoh (laissez-faire) adalah
kelas dimana guru terlalu sedikit atau sama sekali tidak memperhatikan
kepemimpinan di kelas itu dan terlalu banyak memberikan kebebasan kepada siswa.
Baik kelas yang otokratis maupun masa bodoh mengarahkan siswa terjerumus
kedalam frustasi, kekerasan dan suasana menarik diri. Kedua suasana kelas
ini sama sekali tidak produktif. Sebaliknya kelas yang benar – benar produktif
hanya kelas yang bersuasana demokratis. Dalam suasana kelas yang
demokratis siswa diperlakukan sebagai individu yang bertanggung jawab,
berharga, dan mampu mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Dalam suasana demokratis
ini dikembangkan rasa saling percaya mempercayai antara guru dan siswa, dan
antara siswa dengan siswa lainnya.
|
Guru yang ingin menciptakan suasana kelas
yang demokratis tidak boleh menjadi penguasa atau melepaskan tanggung jawab di
kelasnya. Guru yang demokratis bersifat membimbing, sedangkan guru yang
otokratis bersifat mendominasi dan guru yang masa bodoh bersifat melepaskan
tanggung jawab atas pembinaan dan keberhasilan kelasnya. Guru yang demokratis
mengajarkan tanggung jawab kepada para siswanya dan membagi tanggung jawab itu
untuk semua siswa dan guru.
Kunci keberhasilan dari organisasi kelas yang
demokratis ini adalah adanya diskusi – diskusi yang mantap dan terbuka. Dalam
kegiatan ini guru bertindak sebagai pemimpin, membimbing kelompok siswa yang
mendiskusikan masalah – masalah dan kepentingan mereka. Hasil dari kegiatan ini
ada 3, yaitu guru dan siswa mempunyai kesempatan untuk :
1.
Mengemukakan
segala sesuatu yang dirasakan secara terbuka,
2.
Saling
memahami,
3.
Saling
bantu membantu.
Pemikiran
Dreikurs kedua yang amat penting adalah pengaruh akibat-akibat tertentu
terhadap tingkah laku siswa. Ada 2 akibat yang diperhatikannya, yaitu akibat
alamiah dan akibat logis. Akibat alamiah adalah hal- hal yang ditimbulkan oleh
tingkah laku siswa tersebut, sedangkan akibat logis adalah hal – hal yang
diharapkan timbul berkat pengaturan atau rencana dari pihak guru. Akibat
alamiah dari
kekurang hati – hatian siswa bekerja di laboratorium, misalnya adalah tangan
terbakar atau terluka oleh pecahan gelas atau alat pratikum, sedangkan akibat
logisnya adalah siswa harus mengganti alat pratikum yang pecah itu.agar suatu
akibat dapat merupakan akibat logis, maka terlebih dahulu siswa harus
menganggapnya demikian. ”Jika untuk akibat yang dimaksud logis itu siswa memandangnya
sebagai hukuman, maka efek positifnya akan hilang.” Selanjutnya, Drekurs dan
kawan – kawannya mengemukakan 5 kriteria untuk membedakan akibat logis dari
hukuman.
|
1.
Akibat
logis berkaitan dengan kenyataan yang menyangkut aturan sosial, tidak
menyangkut orang – orang tertentu saja; hukuman merupakan perwujudan dari
kekuasaan (otoritas) seseorang; akibat logis merupakan akibt dari dilanggarnya
aturan sosial yang telah diterima bersama.
2.
Akibat
logis berkaitan secara logis dengan tingkah laku yang menyimpang; hukuman
jarang dihubungkan secara logis seperti itu: siswa dengan jelas dapat melihat
hubungan antara tingkah laku yang menyimpang dengan akibat logisnya.
3.
Akibat
logis tidak menyangkut pautkan dengan penilaian moral; hukuman mau tidak mau
berkaitan dengan penilaian moral: tingkah laku siswa yng menyimpang tidak
dipandang sebagai dosa, melainkan sebagai kesalahan semata – mata.
4.
Akibat
logis hanya berkaitan dengan hal – hal yang terjadi; hukuman berkaitan apa yang
sudah terjadi: titik pusat perhatian adalah masa depan.
5.
Akibat
logis dikenakan kepada siswa dalam suasana keakraban; hukuman dikenakan dalam
suasana marah (secara terbuka atau terselubung).
2.4
Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Iklim
Sosio-Emosional
|
a.
Kelebihan
Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
-
Siswa
merasa nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik dengan guru.
-
Penyelesaian
suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas.
-
Pelajaran
diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa nyaman, tentram dan aman
dengan situasi yang ada.
-
Terbinanya
sikap demokratis.
-
Selalu
ada penghargaan , jadi setiap kegagalan tidak akan membunuh motivasi siswa.
-
Siswa
belajar untuk saling menghargai teman ataupun guru.
b.
Kelemahan
Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
-
Apabila
hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan
menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.
-
Sulit
untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka diperlukan
ketrampilan guru yang lebih untuk membuat iklim sosio emosional yang kondusif.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Manajemen kelas merupakan suatu proses
menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam
kelas baik antara guru dengan siswa maupun antarsiswa dengan siswa.Pendekatan sosio-emosional
akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antarpribadi yang baik
berkembang di dalam kelas.Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai
proses penciptaan iklim atau suasana sosio-emosional yang positif dalam kelas.
Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar dapat dimaksimalkan apabila berlangsung
dalam suasana yang positif berupa pemantapan hubungan sehat antarpribadi di
dalam kelas, baik hubungan antara guru dan siswa maupun sesama siswa.
Pendekatan
Iklim Sosio-Emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologi penyuluhan
(konseling) dan klinis sehingga menekankan pentingnya hubungan interpersonal.
Guru adalah penentu utama dari hubungan interpersonal dan iklim (suasana)
kelas.Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila
hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
Tidak hanya dibahas secara umum, namun pendekatan iklim sosio-emosional dalam
pengelolaan kelas juga terdapat beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu
diantaranya menurut Carl A. Rogers, Haim C. Ginnot, William Glasser, Rudolf Dreikurs mereka menjelaskan pendapat dan pandangan mereka
mengenai apa itu Pendekatan Iklim Sosi-Emosional.
Selain membahas mengenai
hakikat dan pendapat dari para ahli mengenai apa itu Pendekatan Sosio-Emosional
sebagai salah satu Pendekatan dalam Manajemen kelas, namun juga tentunya
Pendekatan tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan dibandingkan dengan
pendekatan-pendekatan lainnya. Kelebihan dari Pendekatan ini diantaranya adalah
siswa merasa nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik dengan guru,
Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas dan juga
salah satu kelemahannya adalah Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa
di kelas, maka diperlukan ketrampilan guru yang lebih untuk membuat iklim sosio
emosional yang kondusif.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto,
Suharsimi. 1988. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Djamaroh, Syaiful
Bahri. 2014. Manajemen Kelas.
Bandung: CV Alfabeta
Faisal Djabidi. 2016. Manajemen Pengelolaan Kelas Upaya
Peningkatan Strategi dan Kualitas dalam Pembelajaran. Malang: Madani.
Hamalik, O.2010. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan
CBSA.Jakarta : Sinar Baru algesindo
Seni Aprilia. 2007. Manajemen Kelas untuk Menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif.
Jakarta: PT Visindo Media Persada
13
|
0 komentar:
Posting Komentar