Blogroll

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 31 Agustus 2019

Pendekatan Sosio Emosional


PENDEKATAN SOSIO EMOSIONAL
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kelas
yang dibina oleh  Bapak Ahmad Nurabadi, S.Pd, M.Pd.


Disusun Oleh:
Dewi Rahayu                          (170131601017)
Nadya Nanda Sukawati          (170131601013)
Salsabilla Taftania                   (170131601005)

 




  

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Agustus, 2018



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa kaeena berkat rahmat nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendekatan Sosio Emosional tepat pada waktunya.

Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi–tinggi nyakepada:
1.      Bpk. Ahmad Nurabadi, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Kelas, yang telah banyak memberikan pengetahuan.
2.      Orang tua yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan baik secara moral maupun spiritual.
3.      Teman – teman yang telah berbagi pengetahuan agar makalah dapat terselesaikan.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umum nya. Sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulis makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb      

                                                                                               
Malang, 28 Agustus 2018

                                                                                               

Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ ................. 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... ................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Sosio-Emosional.......................................................................................... 3
2.2Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Secara Umum.......................................................... 4
2.3Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Menurut Para Ahli................................................... 4
2.4Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional..................................... 11


BAB III PENUTUP Kesimpulan......................................................................................................................... 12

DAFTAR RUJUKAN....................................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kelas merupakan sebuah ruangan ataupun tempat yang digunakan untuk belajar sekelompok peserta didik dengan berbagai karakter, latar belakang, kepribadian, tingkah laku dan emosi yang berbeda-beda. Menurut Arikunto (1988:17) “kelas adalah sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.” sejalan dengan pernyataan tersebut,  Hamalik (1987:311) mengemukakan pengertian umun mengenai kelas,  “kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.” Karena terdapat sekelompok siswa (peserta didik) yang memiliki karakter maupun emosi yang berbeda-beda itulah maka diperlukan pengelolaan kelas yang baik.
Dalam hal ini seorang guru, harus mampu mengelola kelas dengan baik. Karena, jalannya suatu belajar dan pembelajaran yang berlangsung didalam kelas diatur oleh guru. Kelas yang baik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan proses pembelajaran. Peran seorang guru bukan hanya mengajar namun juga harus terampil dan mampu menjadi pengelola kelas yang baik sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Suharsimi Arikunto (1986: 143) menjelaskan bahwa “Pengelolaan Kelas adalah suatu usaha yang dilakukan Guru atau penanggungjawab kelas dalam melancarkan proses belajar mengajar agar tercapai pembelajaran yang efektif sesuati dengan yang diharapkan”.
Oleh karena itu, guru dalam mengelola kelas dianggap sebagai manajer kelas. Guru harus mengetahui, memahami, dan mengerti serta terampil dalam mengaplikasikan berbagai macam pendekatan-pendekatan dalam manajemen kelas. Guru harus dapat memilih dan mengaplikasikan pendekatan mana yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran yang berlangsung, dan guru harus terampil memadukan bermacam-macam pendekatan guna menangani masalah dalam kelas dan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.






 


1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Sosio Emosional?
2.      Apa yang dimaksud Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Secara Umum
3.      Apa yang dimaksud Pendekatan Iklim Sosio-Emosional menurut para ahli?
4.      Apa Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional?


1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui Pendekatan Sosio Emosional
2.      Untuk mengetahui Pendekatan Iklim Sosio-Emosional secara umum
3.      Untuk mengetahui Pendekatan Iklim Sosi-Emosional menrut para ahli
4.      Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari Pendekatan Iklim Sosio-Emosional


BAB II

PEMBAHASAN


2.1  Pendekatan Sosio Emosional
Dalam pendekatan ini manajemen kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa dengan siswa. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif menunjukkan bahwa ada hubungan timbal balik yang baik dan positif antara guru dengan siswa atau antar siswa. Tugas guru berdasarkan pendekatan ini adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antarpribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antar guru dan siswa serta hubungan antarsiswa. Dalam hal ini, guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antarpribadi di kelas, demi terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap mengayomi atau sikap melindungi.
Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim atau suasana sosio-emosional yang positif dalam kelas. Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar dapat dimaksimalkan apabila berlangsung dalam suasana yang positif berupa pemantapan hubungan sehat antarpribadi di dalam kelas, baik hubungan antara guru dan siswa maupun sesama siswa.
Pendekatan ini juga dapat diandalkan karena dapata meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya rasa kebersamaan dan kepercayaan antara guru dan siswa, siswa tersebut akan bersemangat dalam belajarnya. Namun, bila guru tidak pintar dalam menjaga kebersamaan dengan siswa, bisa jadi guru yang dimanfaatkan oleh siswa

2.2 


Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Secara Umum
Pendekatan Iklim Sosio-Emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Guru adalah penentu utama dari hubungan interpersonal dan iklim (suasana) kelas. Dengan demikian, tugas yang amat pokok bagi guru ialah membangun hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosio-emosional yang positif.
Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan murid serta hubungan antar murid. Dalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap mengayomi atau sikap melindungi.
2.3  Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Menurut Para Ahli
Dalam pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas terdapat beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu :
a.         Menurut Carl A. Rogers
Ide yang menyangkut ciri-ciri pendekatan iklim sosio-emosional ini dapat dijumpai dalam tulisan-tulisan Carl Rogers. Pokok pikiran Rogers menyatakan bahwa faktor yang amat berpengaruh terhadap peristiwa belajar adalah mutu sikap yang ada dalam hubungan interpersonal antara guru (sebagai fasilitator) dan siswa (sebagai pelajar). Menurut Rogers, beberapa sikap yang perlu dimiliki guru untuk membantu siswa belajar adalah
-                Sikap kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak berpura-pura; guru perlu mengenal dirinya dengan baik dan menampilkan dirinya sendiri sebagai mana adanya. Guru hendaknya menyadari perasaan – perasaannya sendiri, menerima perasaan itu dan jika perlu mengkomunikasikan perasaan itu. Tindakan guru harus sesuai dengan perasaan itu dan tidak pernah berpura – pura. Pengembangan hubungan interpersonal dan iklim sosio – emosional yang positif amat dipengaruhi oleh kemampuan guru menampilkan dirinya sebagaimana adanya. Menurut Rogers, penampilan


diri sebagaimana adanya merupakan sikap yang paling penting yang mempengaruhi proses belajar.
-                Sikap menerima, menghargai, mau membantu, dan percaya; penerimaan guru merupakan sikap kedua yang juga amat penting dalam membantu siswa belajar. Penerimaan guru mengisyaratkan bahwa guru memandang siswa sebagai individu yang berharga. Hal ini juga menandakan adanya kepercayaan guru kepada siswa. Jika tingkah laku siswa diterima guru, maka siswa itu akan merasa bahwa ia dipercaya dan dihormati. Dengan demikian, guru yang menghormati dan mempercayai siswa akan mempunyai kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim sosio emosional yang dapat membantu kesuksesan belajar siswa.
-                Sikap mau mengerti dengan penuh empati; pengertian dengan penuh empati merupakan kemampuan guru untuk memahami keadaan siswa sesuai dengan pandangan siswa itu sendiri. Kemampuan ini menunjukkan kepekaan guru terhadap perasaan – perasaan siswa dan kepekaan guru untuk tidak memberikan penilaian terhadap keadaan siswa. Pengertian mendalam yang tanpa disertai penilaian ini perlu dilengkapi empati dari guru terhadap siswa. Jika hal ini terjadi, maka siswa akan merasa bahwa guru mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh siswa. Dengan demikian, hubungan interpersonal dan iklim sosio – emosional yang positif akan berkembang, dan selanjutnya pengaruh besar terhadap kegitan belajar siswa.
b.         Menurut Haim C. Ginnot
Dalam pengembangan iklim sosio-emosional yang positif Ginot menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh guru. Yang amat perlu diperhatikan adalah komunikasi itu ialah bahwa guru hendaklah membicarakan keadaan yang dijumpai pada waktu itu dan tidak membicarakan pribadi ataupun sifat-sifat siswa. Jika guru dihadapkan pada perilaku siswa yang tidak menyenangkan, guru disarankan agar menjelaskan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakan, dan apa yang sebaliknya dilakukan. Sebagai tambahan, Ginot mengemukakan sebuah daftar saran tentang cara-cara yang hendaknya dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi secara efektif, yaitu sebagai berikut:
-                Alternatif pembicaraan pada keadaan siswa. Janganlah menilai sifat atau pribadi siswa, sebab hal ini dapat merendahkan martabat siswa.
-               


Jelaskanlah keadaan sebagaimana adanya, nyatakanlah perasaan tentang keadaan itu, dan jelaskan harapan anda berkenaan dengan keadaan itu.
-                Kemukakanlah perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari anda untuk membangkitkan pemahaman para siswa tentang keadaan yang mereka hadapi.
-                Hilangkanlah kekerasan dengan himbauan kerjasama dan penyajian kesempatan bagi para siswa untuk bertindak secara bebas.
-                Kurangilah keengganan/penolakan siswa dengan jalan tidak memerintah atau menuntut mereka melakukan sesuatu yang dapat membangkitkan sikap mempertahankan diri.
-                Kenalilah, terimalah dan hormatilah ide-ide serta perasaan-perasaan siswa yang dapat membangkitkan kesadaran akan harga diri mereka.
-                Hindarkanlah usaha diagnosis dan pragnosis yang menghasilkan pemberian ciri – ciri tertentu pada siswa yang seringkali tidak tepat .
-                Jelaskan prosesnya, bukan menilai hasil-hasilnya atau orangnya. Berikanlah bimbingan bukan kritik.
-                Hindarilah pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar yang dapat menimbulkan kemarahan atau sikap bertahan.
-                Hindarilah penggunaan kata-kata kasar, sebab hal itu dapat menghilangkan harga diri siswa.
-                Tahanlah keinginan untuk memberi pemecahan masalah yang segera terhadap masalah yang dihadapi siswa: pakailah waktu yang tersedia untuk membimbing siswa sehingga mereka mampu mengatasi sendiri masalah itu.
-                Berusahalah untuk berbicara singkat saja misalnya hindari pemberian ceramah yang panjang – lebar dan bertele – tele karena hal itu tidak akan memotivasi siwa.
-                Perhatikan dan amatilah pengaruh kata-kata tertentu terhadap siswa.
-                Pakailah pujian-pujian yang bersifat menghargai siswa, karena hal itu bersifat produktif misalnya hindarilah pemakaian pujian – pujian atas pertimbangan – pertimbangan yang tidak wajar, karena hal itu bersifat destruktif.
-                Dengarkanlah apa yanng dikatakan para siswa dan doronglah mereka untuk menyatakan ide – ide dan perasaan – perasaan  mereka.
c.         Menurut William Glasser


Menurut Glasser, satu – satunya kebutuhan dasar  yang dimiliki oleh manusia adalah kebutuhan akan identitas diri, yaitu perasaan bahwa diri sendiri memang dapat tegak berdiri dan penuh arti. Agar siswa dapat mencapai pengalaman sukses di sekolah, maka siswa harus mampu mengembangkan tanggung jawab sosial dan perasaan bahwa dirinya berarti. Tanggung jawab sosial dan perasaan berarti ini merupakan hasil dari hubungan yang baik antara siswa dengan orang lain. Dengan demikian, hal penting dalam pengembangan pengalaman sukses ini adalah keterlibatan siswa. Perilaku siswa yang menyimpang adalah buah kegagalanya mengembangkan pengalaman sukses. Dalam kaitan itu, Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya berikut ini:
-                Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa, menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya yang menyimpang, menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahakan masalah.
-                Memberikan uraian kepada tentang perilaku siswa, mengenai masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
-                Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu. Pusatkan kepada apa dilakukan oleh siswa yang menimbulakan masalah dan apa yang menyebabkan kegagalan.
-                Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan penilaiannya atas alternative-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri.
-                Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.
-                Mendorong siswa sewaktu melakukan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan rencana tersebut, yakinkan siswa bahwa guru mengetahi kemajuan kemajuan yang dibuatnya.
-                Tidak menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya, bantulah ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggungajawab atas perilakunya, ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lebih baik, menerima pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa.
-                Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang tetapi jangan menghukumnya, bantulah


siswa mencoba lagi menyusun rencana yang lebih baik mengikatkan diri dengan rencana tersebut.
Glasser memandang bahwa proses diatas adalah efektif bagi guru yang hendak membantu siswa yang bertingkah laku menyimpang memperbaiki tingkah lakunya, sehingga menjadi positif. Sebagai tambahan Glasser mengajukan suatu proses untuk membantu seluruh kelas menangani masalah tingkah laku individual dan kelompok yaitu pertemua kelas untuk memecahkan masalah social.
Berbagai masalah tingkah laku dapat  diatasi melalui penggunaan seluruh kelas sebagai kelompok yang bersama-sama memecahkan masalah dibawah bimbingan guru. Tanpa bimbingan guru, siswa akan cenderung menghindari masalah-masalah itu. Glasser mengemukakan tiga pedoman untuk mengembangkan pertemuan kelas guna memecahkan masalah sosial, yakni:
1.             Masalah apapun yang menyangkut individu atau kelompok dapat didiskusikan, masalah yang perlu dibahas itu dapat dikemukakan baik oleh guru maupun siswa.
2.             Diskusi hendaklah diarahkan pada pemecahan masalah itu; suasana diskusi hendaknya bebas dari saling menuduh dan saling menghukum, pemecahan yang dicapai hendaknya tidak mencakup penerapan hukuman atau pencarian siapa bersalah.
3.             Pertemuan diselenggarakan dalam suasana guru dan siswa duduk dalam satu lingkaran, pertemuan tidak hanya dilakukan sekali, tetapi sering; waktu setiap pertemuan antara 30 – 40 menit, tergantung pada umur siswa.
d.        Menurut Rudolf Dreikurs
Ada dua hal yang amat penting yang dikemukakan oleh Rudolf Dreikurs, yaitu
1.             Penekanan akan pentingnya suasana kelas yang demokratis, dimana guru dan siswa bersama – sama mewujudkan rasa tanggung jawab demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan kelas.
2.             Perlunya diperlihatkan pengaruh akibat – akibat tertentu (dari suatu tindakan atau kejadian) atas tingkah laku siswa.
Anggapan dasar yang dominan berkenaan dengan pendapat Dreikurs ini adalah bahwa tingkah laku dan keberhasilan siswa tergantung pada suasana demokratis yang ada di dalam kelas. Kelas yang otokratis adalah kelas dimana


guru mempergunakan kekerasan, penekanan, persaingan, hukuman dan ancaman untuk mengontrol tingkah laku siswa. Sedangkan kelas yang bersuasana masa bodoh (laissez-faire) adalah kelas dimana guru terlalu sedikit atau sama sekali tidak memperhatikan kepemimpinan di kelas itu dan terlalu banyak memberikan kebebasan kepada siswa. Baik kelas yang otokratis maupun masa bodoh mengarahkan siswa terjerumus kedalam frustasi, kekerasan dan  suasana menarik diri. Kedua suasana kelas ini sama sekali tidak produktif. Sebaliknya kelas yang benar – benar produktif hanya kelas yang bersuasana demokratis. Dalam suasana kelas yang demokratis  siswa diperlakukan sebagai individu yang bertanggung jawab, berharga, dan mampu mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Dalam suasana demokratis ini dikembangkan rasa saling percaya mempercayai antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa lainnya.
Guru yang ingin menciptakan suasana kelas yang demokratis tidak boleh menjadi penguasa atau melepaskan tanggung jawab di kelasnya. Guru yang demokratis bersifat membimbing, sedangkan guru yang otokratis bersifat mendominasi dan guru yang masa bodoh bersifat melepaskan tanggung jawab atas pembinaan dan keberhasilan kelasnya. Guru yang demokratis mengajarkan tanggung jawab kepada para siswanya dan membagi tanggung jawab itu untuk semua siswa dan guru.
Kunci keberhasilan dari organisasi kelas yang demokratis ini adalah adanya diskusi – diskusi yang mantap dan terbuka. Dalam kegiatan ini guru bertindak sebagai pemimpin, membimbing kelompok siswa yang mendiskusikan masalah – masalah dan kepentingan mereka. Hasil dari kegiatan ini ada 3, yaitu guru dan siswa mempunyai kesempatan untuk :
1.             Mengemukakan segala sesuatu yang dirasakan secara terbuka,
2.             Saling memahami,
3.             Saling bantu membantu.
Pemikiran Dreikurs kedua yang amat penting adalah pengaruh akibat-akibat tertentu terhadap tingkah laku siswa. Ada 2 akibat yang diperhatikannya, yaitu akibat alamiah dan akibat logis. Akibat alamiah adalah hal- hal yang ditimbulkan oleh tingkah laku siswa tersebut, sedangkan akibat logis adalah hal – hal yang diharapkan timbul berkat pengaturan atau rencana dari pihak guru. Akibat


alamiah dari kekurang hati – hatian siswa bekerja di laboratorium, misalnya adalah tangan terbakar atau terluka oleh pecahan gelas atau alat pratikum, sedangkan akibat logisnya adalah siswa harus mengganti alat pratikum yang pecah itu.agar suatu akibat dapat merupakan akibat logis, maka terlebih dahulu siswa harus menganggapnya demikian. ”Jika untuk akibat yang dimaksud logis itu siswa memandangnya sebagai hukuman, maka efek positifnya akan hilang.” Selanjutnya, Drekurs dan kawan – kawannya mengemukakan 5 kriteria untuk membedakan akibat logis dari hukuman.
1.             Akibat logis berkaitan dengan kenyataan yang menyangkut aturan sosial, tidak menyangkut orang – orang tertentu saja; hukuman merupakan perwujudan dari kekuasaan (otoritas) seseorang; akibat logis merupakan akibt dari dilanggarnya aturan sosial yang telah diterima bersama.
2.             Akibat logis berkaitan secara logis dengan tingkah laku  yang menyimpang; hukuman jarang dihubungkan secara logis seperti itu: siswa dengan jelas dapat melihat hubungan antara tingkah laku yang menyimpang dengan akibat logisnya.
3.             Akibat logis tidak menyangkut pautkan dengan penilaian moral; hukuman mau tidak mau berkaitan dengan penilaian moral: tingkah laku siswa yng menyimpang tidak dipandang sebagai dosa, melainkan sebagai kesalahan semata – mata.
4.             Akibat logis hanya berkaitan dengan hal – hal yang terjadi; hukuman berkaitan apa yang sudah terjadi: titik pusat perhatian adalah masa depan.
5.             Akibat logis dikenakan kepada siswa dalam suasana keakraban; hukuman dikenakan dalam suasana marah (secara terbuka atau terselubung).
2.4 


Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
a.             Kelebihan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
-                 Siswa merasa nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik dengan guru.
-                 Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas.
-                 Pelajaran diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa nyaman, tentram dan aman dengan situasi yang ada.
-                 Terbinanya sikap demokratis.
-                 Selalu ada penghargaan , jadi setiap kegagalan tidak akan membunuh motivasi siswa.
-                 Siswa belajar untuk saling menghargai teman ataupun guru.
b.             Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
-                 Apabila hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.
-                 Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka diperlukan ketrampilan guru yang lebih untuk membuat iklim sosio emosional yang kondusif.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
            Manajemen kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas baik antara guru dengan siswa maupun antarsiswa dengan siswa.Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antarpribadi yang baik berkembang di dalam kelas.Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim atau suasana sosio-emosional yang positif dalam kelas. Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar dapat dimaksimalkan apabila berlangsung dalam suasana yang positif berupa pemantapan hubungan sehat antarpribadi di dalam kelas, baik hubungan antara guru dan siswa maupun sesama siswa.
            Pendekatan Iklim Sosio-Emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Guru adalah penentu utama dari hubungan interpersonal dan iklim (suasana) kelas.Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
Tidak hanya dibahas secara umum, namun pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas juga terdapat beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu diantaranya menurut Carl A. Rogers, Haim C. Ginnot, William Glasser, Rudolf Dreikurs mereka menjelaskan pendapat dan pandangan mereka mengenai apa itu Pendekatan Iklim Sosi-Emosional.
Selain membahas mengenai hakikat dan pendapat dari para ahli mengenai apa itu Pendekatan Sosio-Emosional sebagai salah satu Pendekatan dalam Manajemen kelas, namun juga tentunya Pendekatan tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan lainnya. Kelebihan dari Pendekatan ini diantaranya adalah siswa merasa nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik dengan guru, Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas dan juga salah satu kelemahannya adalah Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka diperlukan ketrampilan guru yang lebih untuk membuat iklim sosio emosional yang kondusif.

 


DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 1988. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Djamaroh, Syaiful Bahri. 2014. Manajemen Kelas. Bandung: CV Alfabeta
Faisal Djabidi. 2016. Manajemen Pengelolaan Kelas Upaya Peningkatan Strategi dan Kualitas dalam Pembelajaran. Malang: Madani.
Hamalik, O.2010. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA.Jakarta : Sinar Baru algesindo
Seni Aprilia. 2007. Manajemen Kelas untuk Menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif. Jakarta: PT Visindo Media Persada


13